Diary Kini
Aku talah menjawab 3 pertanyaan hidup 2 tahun yang lalu saat aku duduk di
bangku kelas XI SMA yang pernah ku tulis di sebuah buku puisi karyaku. Aku menyangka
jika pertanyaan ini sangat mustahil
untuk diwujudkan
Menatap diri
Saat aku menatap wajah ini
Tak sedikitpun terlihat rasa sedih dan sakit
di raut wajah ini
Tetapi dibalik semuanya, terdapat sejuta
kesedihan
Bermacam jenis raut wajah menahan rasa sakit yang begitu
menyiksa
Disaat aku melihat pikiranku
Begitu banyak hal yang tak mampu ku pikirkan
Tetapi di balik semua terdapat banyak mimpi
dan khayalan
Yang ingin ku wujudkan kelak
Tetapi begitu banyak rintangn yang kan
kulalui
Disaat aku melihat isi hatiku
Begitu banyak racun yang kelah akan
membunuhku
Tetapi disisih lain begitu penuh dengan rasa sayangku
pada teman-teman
yang belum pernah kutemui
akankah raut wajah ini akan berubah??
Akankah mimpiku dapat kuwujudkan??
Akankan aku dapat bertemu dan berbagi dengan
teman-teman
yang belum pernah kutemui????
Puisi ini
kutulis 19 November 2011 jam 08:42. Saat itu aku dinyatakan mengidap penyakit
liver yang awalnya aku mengira jika aku tak akan bisa melihat dunia lebih lama
lagi. Namun semua yang aku pikirkan salah aku menderita penyakit liver hanya 3
bulan sehingga hanya di golongkan akut
Karna penyakit
yang kuderita tidak kronos perlahan wajah ini berubah. Senyumku ialah senyumku,
bukanlah sedih. Tawaku ialah tawaku, bukan tangisku. Bahagiaku ialah bahagia,
bukanlah sakit seperti yang sebelumya ku rasakan
Meski
raut wajah telah berubah tapi, mimpi tak dapat secepatnya di wujudkan. Ini dikarnakan
aku harus menjaga kesehatanku agar aku juga dapat bertemu dengan teman-teman
yang belum pernah kutemui
Hari-hariku
selalu ku lalui dengan bahagia hingga suatu hari aku mengekspresikan pikiranku
dengan menggabungkan kata menjadikannya sebuah karya-karya yang di senang banyak
orang.
Dua pertanyaan
telah kujawab seiring berjalannya waktu. Namun kali ini tantangan ku begitu besar
dan ini bukan dikarnakan sakit liver atau apapun penyakit yang pernah kuderita.
Melainkan kecelakaan mobil yang telah merengut nyawa kakak ku dan hampir membuat
aku kehilangan kaki ku
sungguh
seperti berada di ruangan putih yang sangat besar tanpa satupun orang yang
menemani ku hingga usapan lembut tangan ibuku yang menyadarkan ku dari mimpi
buruk ku
ibu ku
selalu ada. Saat aku berada di kursi roda, ia senantiasa mengantarkanku kemana
ku ingin pergi. Disaat aku kesulitan memakai tongkat, ia dengan senang hati
menuntunku agar aku tidak terjatuh dan disaat aku dapat berlari lagi ialah
orang pertama yang kuperlihatkan jika aku dapat berlari lagi dan dikala itu ia
menangis bahagia
dan diawali
dengan aku dapat berjalan lagi, aku pun dapat menuntut ilmu di Universitas
Negeri di daerah ku. Aku lebih memilih menuntut ilmu di daerah ku dari pada aku
harus jauh merantau meninggalkan ibu yang selalu ada untuk ku
meski
hanya di daerah ku yang awalnya ku kira hanya sedikit teman yang sebelumnya belum
pernah ku temui. tapi, ternyata salah disini aku menemukan banyak teman yang
sebelumnya belum pernah kutemui
dan
akhirnya semua pertanyaan ku telah kujawab meski membutuhkan waktu yang lama dan
mungkin semua ini tak kan bertahan lama karna kini penyakit liverku berubah
menjadi kronis
Diary sampaikan semua ini pada
semua teman yang sangat ku sayangi